Dari praktisi di pariwisata, salah satu pendiri Kampus Pariwisata “Monarch Bali”, insting Made Deix Sumitra terpanggil untuk ikut berpartisipasi dalam membangun sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Bali. Terlebih produk yang ia ungguli, bersama istri, Made Devi Asrini berupa dupa sebagai sarana upakara yang berfungsi dalam persembahyangan. Yang sejatinya, diproduksi di Bali, yang mengetahui makna dan filosofinya.
Awal mula ide Deix Sumitra memproduksi dupa asli buatan lokal, berkenaan dengan membaca hasil riset “Human Resources Managemen Berbasis Ramah Lingkungan” yang saat ini masih menjalani studi Doktoral di Universitas Udayana, pada Program Studi Doktor Ilmu Manajemen (PSDIM). Setelah mencari referensi dari jurnal ilmiah, ditemukanlah topik permasalahan yang terkait dengan dampak Dupa berbahan kimia berlebih serta bahan lainnya yang tidak SUKLA menurut pandangan di Hindu . Deix Sumitra dan istri, lantas menciptakan merk “Dupa Suci Taru Bali Asri”, merupakan dupa herbal premium, dengan proses pembuatan yang higienis. Dengan bahan-bahan baku yang didapatkan dari Bali dan sebagian dari Sumatera, seperti menyan, dipercayai memiliki kesakralan dan spirit, sesuai yang tercantum dalam lontar maupun disiplin ilmiah.
Dalam sains pun dijelaskan bermanfaat sebagai antibiotik dan meningkatkan konsentrasi, cocok untuk bermeditasi. Dupa ini juga berlandaskan konsep “Tri Hita Karana” yang sudah diakui dunia. Bagian yang pertama, “Parahyangan”, sebagai salah satu sarana upacara yang dipersembahkan ke Sang Pencipta; “Palemahan”, produk yang tidak bersifat residu dan ramah lingkungan; “Pawongan”, bisa membuka lapangan pekerjaan, di mana Deix Sumitra telah membuka pabriknya dengan ornamet khas Bali, di lingkungan Parahyangan Kucacil dan Pura Asam Kembar, di Jl. Kucalcil- Desa Tukadmungga, sebagai asal muasal leluhur dari Deix Sumitra. Selain mengekspor “Dupa Suci TBA”, Deix Sumitra yang juga pernah bekerja sebagai Chef di luar negeri, banyak mempelajari tentang ilmu herbal dan gemar mengikuti pelatihan herbalis. Untuk itulah Lahirlah produk unggulan lainnya “Minyak Taksu Aromatic Usadha Bali”, berbahan dasar 99 jenis rempah di racik sesuai Wariga Bali dan anugerah taksu usadha untuk memperbaiki sel dalam tubuh dan menjadi sehat.
Produk dupa herbal dibandingkan dupa yang beredar di pasaran, signifikan berbeda, Dupa herbal tidak akan langsung wangi, setelah dibakar, hal ini yang membuat calon customer ragu akan membeli kembali. Edukasi ini yang patut diinformasikan kepada para resellernya dan interaksi dengan calon customer di media sosial, dengan memposting konten-konten positif yang diperankan oleh istri. Kini customer tetap “Dupa Suci Taru Bal Asri” yang sudah repeat order, tak hanya dari Bali, sudah menjangkau hampir seluruh kota di Jawa, Lombok, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Sumatra, Kalimantan, hingga luar negeri, Malaysia, Perancis dan Australia yang tidak hanya sebagai sarana Doa tapi unutk Healing dan Aromaterapi. Testimonial mereka sangatlah berarti, untuk meningkatkan jaringan dalam bisnis via daring.
Dalam proses pembuatan 12 varian produk dupanya, beberapa bahan dan mesin masih diimpor. Berawal dari mengimpor stick dupa, karena tidak ketersediaan di Bali, kemudian bambu berasal China karena jenis bambu di Bali kurang cocok dan dikolaborasikan dengan teknologi mesin asal Vietnam. Bahan mentah kemudian diblender menjadi serbuk, ada juga bahan yang sudah jadi. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 25-30 menit, agar tercampur dengan rata. Kemudian masuk proses penjemuran, karena produk herbal, tidak bisa langsung di bawah terik matahari, karena bisa membuat bahan akan pecah. Manfaat sinar matahari yang cukup, juga untuk mencegah tumbuhnya jamur pada dupa.
“Dupa Suci TBA” yang telah menjadi sarana dalam kegiatan meditasi telah terbukti aman, tidak mengganggu saluran pernafasan, perih di mata dan keunggulan lainnya. Dalam hal ini, diharapkan bisa menjadi batu loncatan bagi Deix Sumitra dan Devi Asrini untuk terus meperkenalkan dupa herbal dan akhirnya menjadi salah satu unsur dari ritual masyarakat Hindu yang tak terpisahkan. “Sebelum beryadnya, segala kebaikan harus bersumber dari diri sendiri terlebih dahulu, seperti kesadaran kita untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama dan lingkungan. Salah satunya dengan upaya memilih produk yang tidak merusak keberlangsungan Semesta dan tentunya menumbuhkan spiritualitas kita kepada Sang PenciptaNYA”.