Sudah mengenal industri kerajinan tenun sejak duduk di bangku sekolah, ternyata menjadi bekal bermanfaat bagi Gusti Ayu Putu Windi Asatri untuk meraih kesuksesan. Lewat kemampuan menenun ia menjadi motor penggerak Kelompok Pengrajin Kembar Sari Songket dengan mengusung nilai budaya warisan tenun khas Jembrana. Tak disangka kain tenun hasil karya para pengrajin lokal ini mendapat apresiasi positif tak hanya dari dalam negeri melainkan juga dari pasar mancanegara.
Gusti Ayu Putu Windi Asatri bukan satu-satunya di keluarga yang menguasai kemampuan menenun. Ia mendapatkan skill tersebut dari sang ibu yang sudah terlebih dahulu menekuni profesi sebagai pengrajin tenun. Dari sekadar melihat serta memperhatikan saja kemudian mulai tergerak untuk ikut mempelajari teknik menenun, Windi akhirnya mulai mendapat tugas menyelesaikan satu produk di saat baru memasuki jenjang sekolah dasar. Produk itu kemudian dipasarkan dan menjadi karya pertama Windi yang menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Bersama saudara kembarnya, Windi terus mengembangkan bakatnya menjadi sumber nafkah sembari melakoni peran sebagai siswa. Buah hasil keringatnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah sehingga sedikit tidaknya ia dapat mengurangi beban orangtuanya. Windi yang bertumbuh di kalangan keluarga sederhana tersebut akhirnya memutuskan langsung masuk dunia kerja setamat dari SMA. Beberapa jenis pekerjaan pernah ditekuni hingga akhirnya menikah dan menjadi ibu rumah tangga.
Windi kembali ke fase menekuni dunia tenun karena pekerjaan itu dapat dijalankan sembari melakoni peran sebagai seorang ibu maupun istri. Tahun 2017 merupakan titik balik bagi Windi untuk mandiri berwirausaha. Ia mendirikan usaha Kembar Sari Songket yang menaungi beberapa orang pengrajin. Selain mengembangkan usaha dari keberanian mencari pendanaan lewat pinjaman bank, ia juga mulai mendapat atensi dari pemerintah daerah Kabupaten Jembrana. Dirinya menjadi salah satu UMKM yang mendapat pembinaan instansi terkait dan memiliki kesempatan memperluas jaringan pemasaran.
Kain tenun yang diproduksi oleh Kelompok Pengrajin Kembar Sari Songket memiliki ciri khas tenun ala Jembrana. Karakteristik tenun ini yaitu motif sederhana dan warna-warna yang digunakan natural karena menggunakan bahan baku alami. Tak hanya membuat motif yang sudah lumrah di pasaran, Windi juga menciptakan motif original ala Kembar sari Songket yang tidak akan ditemukan tempat lain.
Pesanan mulai berdatangan khususnya dari kalangan instansi maupun swasta juga perorangan. Tak hanya itu pasar domesti juga mulai melirik saat Windi mulai gencar melakukan pameran ke luar Bali. Baru-baru ini ia juga berkesempatan memperkenalkan keindahan kain songket Jembrana karya pengrajin kembar Sari kepada para tamu kehormatan di saat event jelang KTT G20 berlangsung. Tak sedikit yang mengapresiasi produk kerajinan tersebut.
Tak hanya berupaya memperkenalkan budaya kain tenun dengan cara jemput bola, Windi juga membuka pintu teruntuk siapa saja yang ingin melihat langsung kegiatan produksi. Para wisatawan dari luar negeri datang ke tempatnya untuk belajar. Selain itu ia juga juga mengajarkan anak- anak di lingkungan sekitar untuk belajar menenun agar nantinya ada regenerasi pengrajin tenun di Bali.
Selaku pengrajin sekaligus pelaku usaha, Windi berharap ke depannya dapat mengembangkan tenun songket dengan menjangkau pasar yang lebih luas. Ia juga berkeinginan untuk mendidik lebih banyak anak-anak muda agar pelestari tenun terus bertambah.