Beras menjadi bahan pangan pokok sehari-hari bagi masyarakat Bali sehingga keberadaan komoditas ini selalu dibutuhkan. Peluang inilah yang menarik perhatian salah seorang pengusaha di Jembrana bernama Hendrik Asalim untuk terjun ke industri pangan dan pertanian. Lewat usaha produksi beras lokal miliknya, ia ikut berkontribusi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani Bali dengan maksimal menyerap hasil pertanian yang ada di Kabupaten Jembrana maupun wilayah Bali lainnya.
Meski diperjualbelikan di wilayah Bali Selatan, beras lokal merk Pis Bolong ternyata berasal dari wilayah Bali Barat yang diproduksi oleh perusahaan bernama PT. Jaya Baru Lestari. Hendrik Asalaim selaku pimpinan perusahaan yang beralamat di Desa Tegal Badeng Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana ini, menjelaskan bahwa pihaknya memproduksi beberapa merk beras. Hanya saja produk beras Pis Bolong menjadi favorit keluarga yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
Merk lainnya yaitu Beras Garuda Mas dan Sri Jati lebih populer di wilayah Jembrana dan sekitarnya. Hendrik Asalim menegaskan bahwa fanatisme terhadap merk beras tertentu merupakan suatu hal lumrah. Masyarakat cenderung akan setia menggunakan merk produk yang terbukti terjamin kualitasnya. Namun jika sekali saja merasa kecewa terhadap produk yang dibeli maka mereka pun tidak segan beralih ke merk lainnya. Melihat fenomena di atas, Hendrik pun mengambil langkah dengan selalu memastikan produk beras tetap terjamin kualitasnya hingga sampai ke tangan pembeli. Hal demikian dilakukan dengan memperketat proses kontrol kualitas saat produksi maupun sebelum dipasarkan. Selain itu pada saat beras telah beredar di pasaran ia tetap melakukan evaluasi terhadap tingkat kepuasan konsumen.
Menggunakan Teknologi Modern
PT. Jaya Baru Lestari memang bukan satu-satunya produsen beras yang ada di wilayah Bali Barat. Namun perusahaan ini terbilang cukup lama eksis, yaitu sejak tahun 1996. Perusahaan ini dirintis pertama kali oleh ayah Hendrik Asalim yang bernama Irwan Asalim. Sebelum mendirikan pabrik beras, Irwan Asalim sempat mengembangkan usaha tepung ikan dan masih beroperasi hingga saat ini.
Hendrik Asalim merupakan generasi kedua yang menerima tongkat estafet kepemimpinan PT. Jaya Baru Lestari. Sebagai generasi penerus usaha yang telah eksis sebelumnya, beban tanggung jawab yang ia terima tidaklah mudah. Di pundaknya ia memikul harapan besar para perintis usaha maupun para karyawan yang bernaung di PT. Jaya Baru Lestari agar perusahaan ini dapat terus bertahan dan bila perlu lebih maju lagi.
Demi mewujudkan visi mengembangkan usaha pada skala yang lebih besar, Hendrik pun melakukan sejumlah perubahan strategi. Mulai dari memperluas area produksi dengan membangun pabrik yang baru hingga memperbaiki pola manajemen usaha. Ia juga melaksanakan perluasan pasar agar dapat meningkatkan jumlah produksi.
Proses produksi beras di PT. Jaya Baru Lestari dimulai dari pembelian gabah langsung dari petani. Hendrik mengatakan dirinya menyerap hasil pertanian dari sejumlah kabupaten yang ada di Bali, namun masih didominasi oleh hasil dari petani yang ada di Jembrana. Seluruh gabah dari petani dikumpulkan lalu disortir menggunakan peralatan modern.
“Kemudian hasil sortiran dibagi menjadi dua kategori. Pertama beras kualitas medium dan yang satunya kualitas premium,” ujar Hendrik menjelaskan.
Ia menambahkan bahwa penggunaan teknologi terkini pada proses produksi beras dapat meningkatkan efektivitas produksi sekaligus menjaga kualitas hasil. Beras yang dihasilkan dipastikan bebas dari kotoran dan berwarna putih bersih secara alami. Setelah itu barulah dilakukan proses pengemasan sesuai kategori produk. Beras yang telah dimasukkan ke dalam kemasan kemudian didistribusikan ke beberapa daerah di Bali.
Hendrik mengajak masyarakat Bali khususnya untuk terus mengkonsumsi beras hasil produksi petani lokal. Ia menegaskan bahwa beras hasil pertanian Bali memiliki kualitas terbaik sehingga tak kalah dengan produk dari luar Bali bahkan impor. Dengan menggunakan hasil pertanian lokal maka masyarakat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan petani Bali sehingga pertanian tidak akan tergusur. Atau tergantikan oleh industri lainnya yang dianggap lebih menguntungkan.