Mengawali usaha di bidang perdagangan produk dupa persembahyangan di Karangasem, I Putu Subagia kemudian sukses merambah ke bisnis retail. Dengan fondasi pengetahuan yang terbatas mengenai pola konsumsi masyarakat, ia nekat merombak toko dupanya menjadi sebuah toko retail bernama UD. Krisna yang menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat. Meski tantangan datang silih berganti ia mampu membuktikan intuisi bisnisnya tepat sasaran hingga berhasil berekspansi ke sejumlah lokasi.
Siapa sangka sosok I Putu Subagia yang tidak memiliki basic di bidang bisnis, mampu merintis dan mengembangkan usaha hingga mampu membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar. Ia merupakan pria kelahiran Kecamatan Selat, Karangasem dengan orangtua yang berprofesi sebagai pekerja konstruksi bangunan. Pengalaman sedari kecil melihat dan memahami sepak terjang orang tua dalam mencari nafkah, memunculkan inspirasi dalam dirinya untuk mengikuti jejak sang ayah.
Selepas SMA, memang benar dirinya diterima bekerja di salah satu perusahaan konstruksi. Hanya saja agak melenceng dengan bayangan sewaktu kecil, Putu Subagia ditempatkan di bagian administrasi. Prinsip bekerja secara tulus serta memberikan hasil kinerja maksimal pada perusahaan membuatnya menjadi salah satu karyawan yang dipertahankan. Terhitung 14 tahun sudah ia bekerja di perusahaan tersebut.
Sembari mengumpulkan pundi-pundi rezeki sebagai karyawan swasta, Putu Subagia ingin memiliki sumber pendapatan lainnya. Akhirnya terpikirkan untuk membuka usaha perdagangan dupa karena masa perputarannya yang sangat cepat, apalagi mayoritas masyarakat Bali memerlukan dupa sebagai sarana persembahyangan sehingga menjadi salah satu bisnis berkelanjutan. Sebuah toko kecil di wilayah Subagan, Karangasem ia jadikan sebagai outlet penjualan dupa berbagai aneka warna dan aroma dengan mengusung brand Dupa Krisna.
Semakin lama permintaan terhadap dupa kian meningkat, membuatnya harus memperluas bangunan usaha. Saat itulah muncul ide menambah variasi produk kebutuhan masyarakat sehari-hari. Hanya saja pada saat itu Putu Subagia belum mengerti kebutuhan pangsa pasarnya sehingga ia mengajak para buah hatinya untuk turut berbelanja stok barang ke Denpasar.
Ternyata penjualan produk retail barang kebutuhan sehari-hari mengalami kenaikan dari waktu ke waktu, menjadi bukti animo masyarakat terhadap keberadaan toko retail kian bertumbuh. Putu Subagia kembali merenovasi tempat usahanya agar lebih luas sehingga pembeli merasa nyaman dalam bertransaksi. Ia juga menerapkan sistem komputerisasi dan membentuk tim manajemen yang solid. Lewat strategi tersebut terbukti omset usaha terus melambung.
Bila sebelumnya Putu Subagia harus jauh-jauh ke Denpasar untuk mengisi stok jualan di tokonya, kini para sales distributor dari aneka merk makanan, minuman, sabun, dan lainnya berbondong-bondong untuk mensuplai tokonya. Dari kesuksesan satu toko UD. Krisna, memotivasi Putu Subagia untuk memperluas jangkauan pemasaran dengan membuka cabang di beberapa lokasi. Cabang pertama dibuka di kampung halamannya di Selat, lalu berlanjut ke pembukaan UD. Krisna cabang Sudirman dan terakhir cabang Seraya. Total saat ini ia mengelola empat toko bersama-sama dengan tim manajemennya sendiri.
Putu Subagia meyakini peran keluarga, terutama sang istri tercinta, sangat besar berpengaruh pada kemajuan usahanya saat ini. Sang istri tidak hanya mendukung tapi juga ikut menyumbangsihkan gagasan, waktu dan tenaga untuk ikut memajukan bisnis tersebut. Dirinya berharap ke depannya ia dapat mengembangkan usaha ke sejumlah lokasi, bila perlu tidak hanya di seputaran Karangasem saja melainkan dapat bersaing di kabupaten lainnya.