Kepiawaiannya dalam mengolah tanaman yang jarang dilirik menjadi bahan pangan bernilai ekonomis menjanjikan, Kadek Sriniti berhasil mencatatkan diri sebagai pengusaha dengan jaringan pemasaran hingga ke luar negeri. Sebagai anak petani yang hanya mampu mencicipi bangku sekolah sampai kelas 3 SD, tak menyurutkan semangatnya untuk belajar dan bekerja keras. Simak lika-liku perjalanan hidup sosok wanita pengusaha ini dari nol hingga berhasil membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Nama umbi porang agaknya masih belum familiar di telinga masyarakat luas. Tanaman ini dulunya kerap diabaikan karena belum diketahui pasti manfaatnya. Di tangan Kadek Sriniti, umbi porang sukses disulap menjadi bahan pangan komoditas ekspor. Perempuan asal Seririt ini bahkan berhasil mendirikan sebuah pabrik pengolahan porang yang berlokasi di JI. Singaraja-Gilimanuk, Banjar Asem, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
Di bawah bendera usaha PT. Siligitha, Kadek Sriniti rutin mengirim porang yang telah dibersihkan dan diolah ke Tiongkok. Sebenarnya permintaan terhadap porang juga datang dari negara ASIA lainnya seperti Jepang, Taiwan dan Korea, namun PT. Siligitha hanya berfokus pada ekspor ke Negeri Tirai Bambu. Di negara tersebut, porang biasanya diolah kembali menjadi tepung konjak, mie, jelly hingga bahan kosmetik.
Dalam memenuhi permintaan pasar, Kadek Sriniti menyerap hasil dari sejumlah lahan perkebunan porang di beberapa daerah. Ia melakukan kerja sama dengan para petani yang ada di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Buleleng, dan Bangli. Meski telah menjajaki sejumlah lahan pertanian porang di Bali, pihaknya masih belum dapat memenuhi kuota permintaan komoditas ekspor ini. Terbatasnya pasokan porang dari petani di Pulau Dewata menjadi kendala pemenuhan permintaan ekspor tersebut.
Adanya kesenjangan antara ketersediaan pasokan dengan tingginya angka permintaan porang menandakan bahwa prospek pertanian porang sangat menjanjikan. Oleh karena itu Kadek Sriniti kerap melaksanakan sosialisasi terhadap potensi ekonomi pertanian porang di kalangan petani yang ada di Bali. Salah satunya dengan cara menjadi narasumber atau pembicara pada acara pelatihan budidaya porang.
Kerja Keras Sejak Belia
Di balik kesuksesan sebagai founder sekaligus Direktur Utama PT. Siligitha, terdapat cerita perjuangan Kadek Sriniti yang penuh lika-liku tantangan. Kadek Sriniti terlahir dari orang tua buruh tani yang berasal dari Karangasem namun merantau ke Kecamatan Seririt. Sehari-harinya orangtua Kadek Sriniti bekerja di perkebunan kopi dengan upah yang minim sehingga sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak jarang Kadek Sriniti dan keempat saudaranya tak makan, kalaupun bisa makan hanya mampu mengkonsumsi ketela atau umbi-umbian lainnya.
Keterbatasan biaya pula menjadi alasan dirinya hanya bisa mengenyam pendidikan sampai kelas 3 SD saja. Kadek Sriniti kemudian bekerja membantu orang tuanya. Lewat hasil kerja kerasnya pelan-pelan dapat memperbaiki kondisi ekonomi. Ia juga mulai mengenal potensi pertanian hortikultura, Salah satu hasil perkebunan yang ia garap adalah Cengkeh.
Kemudian pada tahun 2011 ia berkenalan dengan orang Taiwan yang memberitahunya tentang peluang ekspor umbi porang. Waktu itu ia sendiri tidak mengenal tanaman tersebut, namun tekad yang kuat untuk menggarap peluang di depan mata mendorong Kadek Sriniti untuk belajar. Ia dan rekannya sampai mendatangkan profesor ahli tanaman pangan ke Bali untuk mengadakan riset budidaya porang sampai ke daerah Sumba.
Setelah dua tahun mengalami pasang surut usaha membudidayakan tanaman porang, akhirnya pada tahun 2013 ia mencoba kembali dengan mendorong petani untuk gencar membudidayakan umbi porang. Pada tahun 2017 ia mendirikan pabrik pengolahan umbi porang menjadi chip dengan oven berbahan bakar kayu. Pabrik ini dapat memproduksi chips umbi porang dengan kapasitas 35 ton sehari. Lantaran kekurangan pasokan umbi, awalnya ia baru berproduksi saat panen raya saja.
Kadek Sriniti mengatakan prospek ekspor porang ke luar negeri masih akan berkelanjutan. Ia sendiri telah memiliki kontrak dengan jangka waktu belasan tahun dengan rekanan di Tiongkok sehingga pihaknya akan terus menyerap hasil budidaya porang dari para petani. Ia mengatakan pasar untuk komoditas ini masih sangat terbuka sehingga bagi siapa saja yang baru memulai terjun pada budidaya porang tidak perlu khawatir lagi.